Busi merupakan komponen krusial dalam mesin pembakaran internal (internal combustion engine – ICE). Tugas utamanya adalah memantik campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder, menghasilkan ledakan yang mendorong piston dan menggerakkan mesin. Meskipun ukurannya relatif kecil, busi dibuat melalui proses manufaktur yang kompleks dan melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pemilihan material hingga pengujian kualitas yang ketat. Artikel ini akan membahas secara mendalam langkah-langkah pembuatan busi, menyoroti material yang digunakan, teknologi yang diterapkan, dan standar kualitas yang harus dipenuhi.
1. Pemilihan Material: Pondasi Kinerja Busi
Pemilihan material yang tepat adalah fondasi utama dalam pembuatan busi berkualitas tinggi. Material yang dipilih harus tahan terhadap suhu ekstrem, tekanan tinggi, korosi akibat pembakaran, dan tegangan listrik yang kuat. Berikut adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan busi:
-
Insulator: Insulator merupakan komponen paling penting dalam busi karena berfungsi sebagai isolator listrik yang mencegah arus listrik bocor ke massa mesin. Material insulator yang paling umum digunakan adalah keramik alumina (Al2O3). Alumina dipilih karena memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi, tahan terhadap panas dan korosi, serta memiliki konduktivitas termal yang baik untuk membantu membuang panas dari elektroda. Kandungan alumina yang tinggi dalam keramik insulator (biasanya di atas 90%) memastikan kinerja isolasi yang optimal. Proses pembuatan insulator melibatkan pencampuran bubuk alumina dengan bahan pengikat, pembentukan menggunakan proses pengepresan atau ekstrusi, dan kemudian dipanaskan pada suhu tinggi (sintering) untuk mencapai kepadatan dan kekuatan yang diinginkan.
-
Elektroda Tengah: Elektroda tengah adalah konduktor utama yang menghantarkan arus listrik bertegangan tinggi dari sistem pengapian ke ruang bakar. Material yang digunakan harus memiliki konduktivitas listrik yang baik, tahan terhadap erosi akibat percikan api, dan memiliki titik lebur yang tinggi. Material yang paling umum digunakan adalah nikel paduan (nickel alloy), seringkali dikombinasikan dengan logam mulia seperti platinum atau iridium. Nikel paduan memberikan kekuatan mekanik dan ketahanan terhadap korosi, sementara platinum dan iridium meningkatkan daya tahan elektroda terhadap erosi dan memungkinkan penggunaan elektroda yang lebih kecil untuk menghasilkan percikan api yang lebih fokus. Proses pembuatan elektroda tengah melibatkan pembentukan batang nikel paduan melalui proses penarikan kawat (wire drawing) dan kemudian dilas dengan platinum atau iridium pada ujungnya.
-
Elektroda Massa (Ground Electrode): Elektroda massa adalah elektroda yang terhubung ke massa mesin dan berfungsi sebagai titik referensi untuk percikan api. Material yang digunakan serupa dengan elektroda tengah, yaitu nikel paduan karena ketahanan terhadap korosi dan panas. Bentuk elektroda massa bervariasi tergantung pada desain busi, tetapi umumnya berbentuk kait atau plat yang dilas ke bodi busi.
-
Bodi Busi (Shell): Bodi busi berfungsi sebagai struktur pendukung dan pelindung bagi komponen internal busi. Bodi busi juga dilengkapi dengan ulir untuk memasang busi ke kepala silinder mesin. Material yang digunakan adalah baja (steel) dengan kandungan karbon rendah untuk memudahkan proses permesinan dan pembentukan. Bodi busi kemudian dilapisi dengan zinc atau nickel untuk mencegah korosi.
-
Resistor (Optional): Beberapa busi modern dilengkapi dengan resistor internal untuk mengurangi interferensi radio (RFI) yang dihasilkan oleh percikan api. Resistor biasanya terbuat dari komposit karbon (carbon composite) dan ditempatkan di antara elektroda tengah dan terminal konektor.
2. Proses Pembentukan Komponen: Ketelitian dan Presisi
Setelah material dipilih, langkah selanjutnya adalah membentuk komponen-komponen busi sesuai dengan spesifikasi desain. Proses pembentukan ini memerlukan ketelitian dan presisi tinggi untuk memastikan bahwa busi berfungsi dengan baik.
-
Pembentukan Insulator: Bubuk alumina dicampur dengan bahan pengikat dan air untuk membentuk lumpur keramik. Lumpur ini kemudian dibentuk menggunakan proses pengepresan (pressing) atau ekstrusi (extrusion). Pada proses pengepresan, lumpur keramik ditekan ke dalam cetakan dengan tekanan tinggi untuk membentuk insulator. Pada proses ekstrusi, lumpur keramik dipaksa melalui cetakan untuk menghasilkan bentuk yang panjang, yang kemudian dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Setelah dibentuk, insulator dikeringkan dan kemudian dipanaskan pada suhu tinggi (sekitar 1600°C) dalam proses sintering. Sintering menyebabkan partikel-partikel keramik menyatu dan membentuk struktur yang padat dan kuat. Setelah sintering, insulator diperiksa kualitasnya dan digiling untuk mencapai dimensi yang presisi.
-
Pembentukan Elektroda: Batang nikel paduan dibentuk menjadi kawat melalui proses penarikan kawat (wire drawing). Proses ini melibatkan penarikan batang melalui serangkaian cetakan yang semakin kecil untuk mengurangi diameternya. Kawat kemudian dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan untuk elektroda tengah dan elektroda massa. Ujung elektroda tengah kemudian dilas dengan platinum atau iridium menggunakan proses las resistansi (resistance welding) atau las laser (laser welding). Elektroda massa dibentuk menjadi bentuk kait atau plat menggunakan proses stamping (stamping) atau bending (bending).
-
Pembentukan Bodi Busi: Baja dipotong dan dibentuk menjadi bodi busi menggunakan proses penempaan (forging) atau permesinan (machining). Proses penempaan melibatkan pemanasan baja dan kemudian membentuknya dengan palu atau mesin press. Proses permesinan melibatkan penggunaan mesin bubut atau mesin milling untuk memotong dan membentuk baja. Setelah dibentuk, bodi busi diulir menggunakan mesin ulir dan kemudian dilapisi dengan zinc atau nickel menggunakan proses elektroplating (electroplating).
3. Perakitan Busi: Integrasi Komponen dengan Cermat
Setelah semua komponen selesai dibentuk, langkah selanjutnya adalah merakit busi. Proses perakitan ini memerlukan ketelitian dan presisi tinggi untuk memastikan bahwa semua komponen terpasang dengan benar dan aman.
-
Pemasangan Insulator ke Bodi Busi: Insulator dimasukkan ke dalam bodi busi. Untuk memastikan insulator terpasang dengan aman dan tidak bocor, insulator disegel dengan menggunakan talkum (talcum) atau semen konduktif (conductive cement).
-
Pemasangan Elektroda Tengah: Elektroda tengah dimasukkan ke dalam insulator. Elektroda tengah kemudian terhubung ke terminal konektor di bagian atas busi menggunakan konektor logam yang dikencangkan dengan crimp (crimping).
-
Pemasangan Elektroda Massa: Elektroda massa dilas ke bodi busi menggunakan proses las resistansi (resistance welding) atau las laser (laser welding). Jarak antara elektroda tengah dan elektroda massa (spark gap) harus diatur dengan presisi untuk memastikan percikan api yang optimal.
-
Pencetakan Kode dan Merek: Setelah busi dirakit, kode produksi, merek pabrikan, dan informasi lainnya dicetak pada bodi busi menggunakan proses laser marking (laser marking) atau printing (printing).
4. Pengujian Kualitas: Memastikan Kinerja dan Keandalan
Setelah busi dirakit, busi harus melalui serangkaian pengujian kualitas yang ketat untuk memastikan bahwa busi berfungsi dengan baik dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
-
Pengujian Isolasi Listrik: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa insulator mampu menahan tegangan listrik tinggi tanpa terjadi kebocoran arus. Busi diuji dengan memberikan tegangan tinggi dan mengukur arus bocor.
-
Pengujian Ketahanan Panas: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa busi mampu bertahan pada suhu tinggi yang terjadi di dalam ruang bakar. Busi dipanaskan pada suhu tinggi dan kemudian didinginkan secara cepat untuk menguji ketahanannya terhadap thermal shock.
-
Pengujian Ketahanan Korosi: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa busi tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar. Busi direndam dalam larutan korosif dan kemudian diperiksa kondisinya.
-
Pengujian Kinerja Percikan Api: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa busi menghasilkan percikan api yang kuat dan stabil. Busi diuji pada berbagai kondisi operasi mesin untuk mengukur tegangan percikan api, energi percikan api, dan durasi percikan api.
-
Pengujian Kekuatan Mekanik: Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa busi mampu menahan tekanan tinggi yang terjadi di dalam ruang bakar. Busi diberi tekanan tinggi dan kemudian diperiksa apakah ada kerusakan.
5. Pengemasan dan Distribusi: Menjaga Kualitas Hingga ke Tangan Konsumen
Setelah busi lulus pengujian kualitas, busi dikemas secara hati-hati untuk melindungi busi dari kerusakan selama pengiriman dan penyimpanan. Busi biasanya dikemas dalam kotak individual atau dalam paket blister. Informasi produk, seperti nomor bagian, spesifikasi, dan instruksi pemasangan, dicetak pada kemasan. Busi kemudian didistribusikan ke toko-toko suku cadang otomotif, bengkel, dan dealer kendaraan bermotor.
6. Inovasi dalam Pembuatan Busi: Menuju Efisiensi dan Performa Lebih Baik
Industri busi terus berinovasi untuk meningkatkan efisiensi dan performa busi. Beberapa inovasi terbaru dalam pembuatan busi meliputi:
-
Penggunaan Logam Mulia: Penggunaan logam mulia seperti platinum dan iridium pada elektroda meningkatkan daya tahan elektroda dan memungkinkan penggunaan elektroda yang lebih kecil untuk menghasilkan percikan api yang lebih fokus.
-
Desain Elektroda yang Ditingkatkan: Desain elektroda yang ditingkatkan, seperti elektroda berbentuk V atau elektroda berbentuk cincin, meningkatkan akses udara ke percikan api dan menghasilkan pembakaran yang lebih efisien.
-
Penggunaan Teknologi Laser: Penggunaan teknologi laser dalam proses las dan penandaan meningkatkan presisi dan efisiensi produksi.
-
Pengembangan Material Baru: Pengembangan material baru untuk insulator dan elektroda dengan sifat yang lebih baik, seperti kekuatan dielektrik yang lebih tinggi, konduktivitas termal yang lebih baik, dan ketahanan terhadap korosi yang lebih tinggi.
Inovasi-inovasi ini bertujuan untuk menghasilkan busi yang lebih tahan lama, menghasilkan percikan api yang lebih kuat, dan meningkatkan efisiensi pembakaran, sehingga menghasilkan kinerja mesin yang lebih baik dan emisi gas buang yang lebih rendah.