Perbedaan Oli SAE 90 dan SAE 140: Viskositas dan Aplikasinya

Fandi Dani

Oli pelumas memegang peranan vital dalam menjaga performa dan umur panjang berbagai jenis mesin dan transmisi. Salah satu parameter penting dalam menentukan karakteristik oli adalah viskositasnya, yang dinyatakan dengan standar SAE (Society of Automotive Engineers). Dua jenis oli yang umum ditemui adalah SAE 90 dan SAE 140. Meskipun keduanya merupakan oli pelumas, terdapat perbedaan signifikan dalam viskositas dan aplikasinya. Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan antara oli SAE 90 dan SAE 140, meliputi viskositas, karakteristik, aplikasi, dan pertimbangan penting dalam memilih oli yang tepat.

Memahami Viskositas Oli dan Standar SAE

Viskositas adalah ukuran ketahanan suatu cairan terhadap aliran. Oli dengan viskositas tinggi lebih tebal dan sulit mengalir, sedangkan oli dengan viskositas rendah lebih encer dan mudah mengalir. Viskositas oli sangat dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu meningkat, viskositas oli cenderung menurun (menjadi lebih encer), dan sebaliknya.

SAE (Society of Automotive Engineers) mengembangkan sistem penomoran untuk mengklasifikasikan oli berdasarkan viskositasnya. Sistem ini menggunakan angka untuk menunjukkan tingkat viskositas oli pada suhu tertentu. Angka SAE yang lebih tinggi menunjukkan oli yang lebih kental. Sistem penomoran SAE dibedakan menjadi dua kategori utama:

  • Oli Monograde: Oli monograde hanya memiliki satu angka viskositas, contohnya SAE 30 atau SAE 90. Oli ini dirancang untuk beroperasi secara optimal pada rentang suhu tertentu. Oli monograde umumnya digunakan pada aplikasi di mana suhu operasional relatif stabil.

  • Oli Multigrade: Oli multigrade memiliki dua angka viskositas, contohnya SAE 10W-30 atau SAE 20W-50. Angka pertama (dengan huruf "W") menunjukkan viskositas oli pada suhu rendah (musim dingin), sedangkan angka kedua menunjukkan viskositas oli pada suhu tinggi. Oli multigrade dirancang untuk memberikan perlindungan yang baik pada berbagai kondisi suhu.

Untuk oli SAE 90 dan SAE 140, keduanya umumnya merupakan oli monograde (meskipun ada juga versi multigrade). Angka 90 dan 140 secara langsung merepresentasikan viskositas kinematik oli pada 100°C, meskipun tidak secara langsung sama dengan nilai viskositas dalam centistokes (cSt), angka tersebut memberikan indikasi relatif. Secara umum, SAE 140 akan memiliki viskositas yang lebih tinggi daripada SAE 90 pada suhu yang sama.

BACA JUGA:   Pertamina Mesran: Sejarah, Varian, dan Peran Penting dalam Industri Otomotif Indonesia

Perbedaan Viskositas Antara SAE 90 dan SAE 140

Perbedaan paling mendasar antara oli SAE 90 dan SAE 140 terletak pada viskositasnya. Oli SAE 140 memiliki viskositas yang lebih tinggi daripada oli SAE 90. Artinya, pada suhu yang sama, oli SAE 140 lebih kental dan lebih sulit mengalir daripada oli SAE 90. Perbedaan ini memiliki implikasi signifikan terhadap kinerja dan aplikasi oli tersebut.

Secara spesifik, standar SAE J306 mendefinisikan rentang viskositas kinematik untuk berbagai tingkatan SAE. Untuk oli gear, SAE 90 harus memiliki viskositas kinematik antara 13.5 dan 18.5 cSt pada 100°C, sementara SAE 140 harus memiliki viskositas kinematik antara 24.0 dan 32.5 cSt pada 100°C. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa SAE 140 memberikan lapisan pelindung yang lebih tebal dan lebih kuat dibandingkan SAE 90.

Viskositas yang lebih tinggi pada SAE 140 memberikan beberapa keuntungan, termasuk:

  • Ketahanan Film yang Lebih Baik: Lapisan oli yang lebih tebal mampu menahan beban dan tekanan yang lebih besar, mencegah kontak logam-ke-logam dan mengurangi keausan.
  • Perlindungan yang Lebih Baik pada Suhu Tinggi: Viskositas yang lebih tinggi lebih stabil pada suhu tinggi, memastikan pelumasan yang memadai bahkan ketika mesin atau transmisi beroperasi pada kondisi yang ekstrem.
  • Pengurangan Kebisingan dan Getaran: Lapisan oli yang lebih tebal dapat membantu meredam kebisingan dan getaran yang dihasilkan oleh komponen yang bergerak.

Namun, viskositas yang lebih tinggi juga memiliki beberapa kekurangan:

  • Peningkatan Hambatan Aliran: Oli yang lebih kental lebih sulit mengalir, yang dapat meningkatkan hambatan internal dan mengurangi efisiensi bahan bakar.
  • Kesulitan Memulai pada Suhu Rendah: Pada suhu rendah, oli yang lebih kental dapat menjadi sangat tebal, sehingga sulit untuk memulai mesin atau transmisi.
  • Potensi Overheating: Meskipun memberikan perlindungan yang lebih baik pada suhu tinggi, oli yang terlalu kental dapat menyebabkan overheating jika tidak sesuai dengan spesifikasi pabrikan.

Aplikasi Umum Oli SAE 90 dan SAE 140

Perbedaan viskositas yang signifikan antara SAE 90 dan SAE 140 membuat keduanya cocok untuk aplikasi yang berbeda.

BACA JUGA:   Shell Rimula R4 X untuk Motor: Analisis Komprehensif

Oli SAE 90 umumnya digunakan pada:

  • Transmisi Manual: Transmisi manual pada mobil penumpang dan truk ringan seringkali menggunakan oli SAE 90 atau oli multigrade dengan rentang viskositas yang serupa.
  • Differential: Differential pada kendaraan roda empat juga seringkali menggunakan oli SAE 90.
  • Gearbox Industri: Beberapa jenis gearbox industri dengan beban sedang dan kecepatan sedang menggunakan oli SAE 90.

Oli SAE 140 umumnya digunakan pada:

  • Differential Tugas Berat: Differential pada truk berat, alat berat, dan kendaraan off-road seringkali menggunakan oli SAE 140 untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap beban dan tekanan yang ekstrem.
  • Transmisi Manual Tugas Berat: Beberapa jenis transmisi manual tugas berat, terutama pada truk dan bus, menggunakan oli SAE 140.
  • Gearbox Industri dengan Beban Berat: Gearbox industri yang beroperasi dengan beban berat dan kecepatan rendah seringkali menggunakan oli SAE 140.

Pemilihan oli yang tepat sangat bergantung pada rekomendasi pabrikan kendaraan atau peralatan. Buku manual pemilik biasanya mencantumkan spesifikasi oli yang direkomendasikan, termasuk tingkat viskositas SAE. Menggunakan oli dengan viskositas yang salah dapat menyebabkan masalah pelumasan, kerusakan komponen, dan penurunan kinerja.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Pemilihan Oli

Selain viskositas, terdapat beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih oli yang tepat:

  • Tipe Oli: Oli dapat dibagi menjadi beberapa tipe, termasuk oli mineral, oli semi-sintetik, dan oli sintetik. Oli sintetik umumnya menawarkan kinerja yang lebih baik dalam hal stabilitas suhu, ketahanan oksidasi, dan perlindungan keausan.
  • Aditif: Oli mengandung berbagai aditif yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dan perlindungan. Aditif dapat mencakup anti-oksidan, anti-korosi, anti-busa, dan aditif Extreme Pressure (EP). Aditif EP sangat penting untuk aplikasi gearbox dan differential karena membantu melindungi roda gigi dari keausan akibat tekanan ekstrem.
  • Spesifikasi API: API (American Petroleum Institute) menetapkan standar kinerja untuk oli. Oli dengan spesifikasi API yang lebih tinggi umumnya memberikan perlindungan yang lebih baik. Spesifikasi API yang relevan untuk oli gear adalah GL-4 dan GL-5. GL-5 umumnya menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap tekanan ekstrem dibandingkan GL-4.
  • Rekomendasi Pabrikan: Selalu ikuti rekomendasi pabrikan kendaraan atau peralatan dalam memilih oli yang tepat. Pabrikan telah melakukan pengujian ekstensif untuk menentukan oli yang paling sesuai untuk aplikasi tertentu.
  • Kondisi Operasional: Pertimbangkan kondisi operasional kendaraan atau peralatan. Jika beroperasi dalam kondisi yang ekstrem, seperti suhu tinggi atau beban berat, mungkin diperlukan oli dengan viskositas yang lebih tinggi atau dengan aditif yang lebih canggih.
BACA JUGA:   Panduan Lengkap Oli 4T: Memahami, Memilih, dan Merawat

Potensi Masalah Menggunakan Oli yang Tidak Sesuai

Menggunakan oli dengan viskositas yang tidak sesuai dapat menyebabkan berbagai masalah serius:

  • Keausan Berlebihan: Oli yang terlalu encer (viskositas terlalu rendah) mungkin tidak memberikan lapisan pelindung yang cukup, yang dapat menyebabkan keausan berlebihan pada komponen yang bergerak.
  • Kerusakan Komponen: Kontak logam-ke-logam akibat pelumasan yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan permanen pada komponen.
  • Overheating: Oli yang terlalu kental (viskositas terlalu tinggi) dapat meningkatkan gesekan internal dan menyebabkan overheating.
  • Penurunan Kinerja: Oli yang tidak sesuai dapat mengurangi efisiensi bahan bakar, menurunkan tenaga, dan menyebabkan masalah kinerja lainnya.
  • Kerusakan Segel: Beberapa jenis oli dapat merusak segel dan gasket, yang dapat menyebabkan kebocoran oli.

Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu menggunakan oli dengan viskositas dan spesifikasi yang direkomendasikan oleh pabrikan. Jika ragu, konsultasikan dengan mekanik atau ahli pelumas yang berpengalaman.

Kesimpulan

Memahami perbedaan antara oli SAE 90 dan SAE 140 sangat penting untuk memastikan pelumasan yang optimal dan melindungi mesin dan transmisi Anda. Viskositas merupakan faktor kunci yang menentukan kinerja dan aplikasi oli. SAE 140, dengan viskositasnya yang lebih tinggi, umumnya digunakan pada aplikasi tugas berat yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap beban dan tekanan yang ekstrem. Sementara itu, SAE 90 lebih cocok untuk aplikasi yang lebih ringan. Selalu perhatikan rekomendasi pabrikan dan faktor-faktor lain seperti tipe oli, aditif, dan spesifikasi API untuk memilih oli yang tepat. Menggunakan oli yang tidak sesuai dapat menyebabkan masalah serius, termasuk keausan berlebihan, kerusakan komponen, dan penurunan kinerja.

Also Read

Bagikan: