Oli mineral merupakan salah satu jenis pelumas yang paling banyak digunakan di dunia, terutama pada mesin pembakaran internal. Popularitasnya tidak terlepas dari harganya yang relatif terjangkau dan ketersediaannya yang luas. Namun, apa sebenarnya oli mineral itu? Bagaimana proses pembuatannya? Apa saja karakteristik yang membedakannya dari oli sintetik? Dan, apa saja kelebihan dan kekurangannya? Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara mendalam, berdasarkan berbagai sumber yang kredibel.
Asal Usul dan Proses Pembuatan Oli Mineral
Oli mineral, sebagaimana namanya, berasal dari bumi. Tepatnya, oli ini diperoleh dari proses penyulingan minyak bumi mentah (crude oil) yang telah diekstraksi dari dalam tanah. Minyak bumi mentah merupakan campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, yaitu senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Sebelum dapat digunakan sebagai pelumas, minyak bumi mentah harus melalui serangkaian proses pemurnian dan fraksionasi.
Proses utama dalam pembuatan oli mineral adalah distilasi fraksional. Dalam proses ini, minyak bumi mentah dipanaskan dalam menara distilasi. Akibat perbedaan titik didih, komponen-komponen minyak bumi akan menguap dan terpisah pada ketinggian yang berbeda dalam menara tersebut. Fraksi-fraksi yang lebih ringan, seperti bensin dan nafta, akan menguap dan naik ke bagian atas menara, sedangkan fraksi-fraksi yang lebih berat, seperti residu aspal, akan tetap berada di bagian bawah.
Fraksi yang akan diolah menjadi oli mineral terletak di antara fraksi ringan dan berat. Fraksi ini kemudian mengalami proses pemurnian lebih lanjut, seperti penghilangan lilin (dewaxing) dan penghilangan sulfur (desulfurization). Proses dewaxing bertujuan untuk menghilangkan kandungan lilin yang dapat menyebabkan oli mengental pada suhu rendah. Proses desulfurization bertujuan untuk menghilangkan kandungan sulfur yang dapat menyebabkan korosi dan pembentukan asam pada mesin.
Setelah proses pemurnian, oli dasar mineral (mineral base oil) dihasilkan. Oli dasar ini kemudian dicampur dengan berbagai aditif untuk meningkatkan performa dan karakteristiknya. Aditif-aditif ini dapat berfungsi sebagai deterjen untuk membersihkan mesin, dispersan untuk mencegah penggumpalan kotoran, antioksidan untuk mencegah oksidasi oli, anti-karat untuk melindungi mesin dari korosi, dan lain sebagainya. Komposisi aditif yang tepat akan menentukan kualitas dan performa akhir oli mineral tersebut.
Berdasarkan proses pemurniannya, oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori utama:
- Grup I: Oli dasar mineral yang diproduksi menggunakan proses pelarut. Proses ini merupakan proses pemurnian yang paling sederhana dan menghasilkan oli dengan kualitas yang paling rendah. Oli Grup I biasanya memiliki kandungan sulfur dan hidrokarbon aromatik yang relatif tinggi.
- Grup II: Oli dasar mineral yang diproduksi menggunakan proses hidro-treating. Proses ini menggunakan hidrogen untuk menghilangkan sulfur dan hidrokarbon aromatik, sehingga menghasilkan oli dengan kualitas yang lebih baik daripada Grup I.
- Grup III: Oli dasar mineral yang diproduksi menggunakan proses hidro-cracking atau hidro-isomerisasi. Proses ini menghasilkan oli dengan kualitas yang paling tinggi di antara oli mineral. Oli Grup III memiliki kandungan sulfur dan hidrokarbon aromatik yang sangat rendah, serta indeks viskositas yang tinggi. Seringkali oli Grup III dianggap sebagai semi-sintetik atau bahkan sintetik.
Karakteristik Fisika dan Kimia Oli Mineral
Karakteristik oli mineral sangat bervariasi, tergantung pada jenis minyak bumi mentah yang digunakan dan proses pemurnian yang diterapkan. Namun, secara umum, oli mineral memiliki beberapa karakteristik khas yang perlu diperhatikan:
- Viskositas: Viskositas adalah ukuran kekentalan oli. Oli dengan viskositas yang tinggi akan lebih tebal dan sulit mengalir, sedangkan oli dengan viskositas yang rendah akan lebih encer dan mudah mengalir. Viskositas oli sangat penting untuk memastikan pelumasan yang optimal pada berbagai kondisi suhu dan beban. Viskositas oli mineral cenderung berubah signifikan seiring dengan perubahan suhu.
- Indeks Viskositas (Viscosity Index/VI): Indeks viskositas adalah ukuran stabilitas viskositas oli terhadap perubahan suhu. Oli dengan indeks viskositas yang tinggi akan mempertahankan viskositasnya dengan lebih baik pada suhu yang berbeda-beda. Oli mineral umumnya memiliki indeks viskositas yang lebih rendah daripada oli sintetik.
- Titik Tuang (Pour Point): Titik tuang adalah suhu terendah di mana oli masih dapat mengalir. Oli dengan titik tuang yang rendah akan tetap cair pada suhu dingin, sehingga memudahkan mesin untuk dihidupkan pada cuaca dingin. Oli mineral cenderung memiliki titik tuang yang lebih tinggi daripada oli sintetik.
- Titik Nyala (Flash Point): Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap oli dapat terbakar saat terkena sumber api. Titik nyala oli menunjukkan ketahanan oli terhadap penguapan dan oksidasi pada suhu tinggi.
- Angka Total Basa (Total Base Number/TBN): Angka total basa adalah ukuran kemampuan oli untuk menetralkan asam. Oli dengan TBN yang tinggi akan lebih efektif dalam melindungi mesin dari korosi akibat pembentukan asam selama pembakaran.
- Stabilitas Oksidasi: Stabilitas oksidasi adalah kemampuan oli untuk menahan proses oksidasi. Oksidasi dapat menyebabkan oli mengental, membentuk endapan, dan kehilangan kemampuannya untuk melumasi. Oli mineral umumnya kurang stabil terhadap oksidasi dibandingkan oli sintetik.
Kelebihan Oli Mineral
Meskipun oli sintetik menawarkan performa yang lebih unggul, oli mineral tetap memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya tetap relevan:
- Harga yang Terjangkau: Keunggulan utama oli mineral adalah harganya yang relatif murah dibandingkan dengan oli sintetik. Hal ini menjadikannya pilihan yang ekonomis untuk kendaraan dengan anggaran terbatas atau kendaraan yang tidak memerlukan performa pelumasan yang ekstrem.
- Ketersediaan yang Luas: Oli mineral mudah ditemukan di berbagai toko otomotif dan bengkel. Hal ini memudahkan pemilik kendaraan untuk mendapatkan oli yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Kompatibilitas dengan Mesin Lama: Oli mineral seringkali lebih cocok untuk mesin-mesin lama yang memiliki toleransi yang lebih besar. Oli sintetik yang lebih encer dapat menyebabkan kebocoran pada mesin-mesin lama yang seal-nya sudah aus.
- Cukup untuk Penggunaan Normal: Untuk penggunaan sehari-hari dengan kondisi mengemudi yang normal, oli mineral seringkali sudah cukup untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi mesin.
Kekurangan Oli Mineral
Selain keunggulan, oli mineral juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan:
- Performa yang Kurang Optimal: Oli mineral umumnya memiliki performa yang kurang optimal dibandingkan dengan oli sintetik, terutama pada suhu ekstrem dan beban berat.
- Interval Penggantian yang Lebih Pendek: Oli mineral cenderung lebih cepat mengalami degradasi dan kehilangan kemampuannya untuk melumasi, sehingga memerlukan interval penggantian yang lebih pendek dibandingkan oli sintetik.
- Kurang Stabil terhadap Suhu Tinggi: Oli mineral kurang stabil terhadap suhu tinggi dan cenderung lebih mudah menguap dan teroksidasi pada suhu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan endapan dan penurunan performa mesin.
- Indeks Viskositas yang Rendah: Indeks viskositas oli mineral yang rendah menyebabkan perubahan viskositas yang signifikan seiring dengan perubahan suhu. Hal ini dapat mempengaruhi performa pelumasan pada suhu ekstrem.
- Kandungan Kotoran yang Lebih Tinggi: Oli mineral cenderung memiliki kandungan kotoran yang lebih tinggi daripada oli sintetik, meskipun telah melalui proses pemurnian.
Penggunaan Oli Mineral dalam Berbagai Aplikasi
Oli mineral masih banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, terutama pada:
- Kendaraan Bermotor: Oli mineral sering digunakan pada mobil dan sepeda motor, terutama pada model-model lama atau kendaraan yang digunakan untuk transportasi sehari-hari dengan kondisi mengemudi yang normal.
- Mesin Industri: Oli mineral digunakan sebagai pelumas pada berbagai mesin industri, seperti mesin tekstil, mesin pertambangan, dan mesin pertanian.
- Kompresor: Oli mineral digunakan sebagai pelumas pada kompresor udara dan kompresor refrigerasi.
- Sistem Hidrolik: Oli mineral digunakan sebagai fluida hidrolik pada berbagai sistem hidrolik, seperti sistem hidrolik pada excavator dan crane.
- Gearbox: Oli mineral digunakan sebagai pelumas pada gearbox dan transmisi.
Pemilihan oli mineral yang tepat untuk suatu aplikasi harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti jenis mesin, kondisi pengoperasian, dan rekomendasi dari pabrikan. Selalu perhatikan spesifikasi oli yang direkomendasikan oleh pabrikan kendaraan atau mesin untuk memastikan perlindungan yang optimal.